Langsung ke konten utama

Kedudukan Disisi Allah • Fatwa NU

Kedudukan Disisi Allah • Fatwa NU

"Kalau mau tahu kedudukanmu di sisi Allah, lihatlah di mana Dia menempatkanmu." -Ibnu Atha'illah Al-Iskandari-
.
Kata “di mana” tidak menyarankan profesi atau tempat dalam arti fisik. Kata itu merujuk pada pengertian perilaku kita sehari-hari. Apakah keseharian kita berada dalam perilaku yang diridhai atau dimurkai-Nya?
.
Syekh Syarqawi menyatakan bahwa hikmah Syekh Ibnu Athaillah ini bisa dipahami dalam dua konteks. Dalam konteks kalangan awam, derajat kita di sisi Allah bergantung pada ketaatan dan kemaksiatan yang mengisi hari-hari kita. Sedangkan dalam konteks kalangan tertentu (khawas), martabat sesorang di sisi Allah ditentukan pada sejauh mana seseorang menempati kedudukan muqarrabin atau abrar di mana sesuatu yang dianggap sudah baik oleh kalangan abrar belum tentu bernilai baik bagi kalangan muqarrabin sehingga masyhur di kalangan sufi bahwa hasanatul abrar sayyi’atul muqarrabin (kebaikan abrar adalah keburukan bagi muqarrabin). Simak penjelasan Syekh Syarqawi dalam redaksi berikut ini:
.
“(Kalau mau tahu kedudukanmu di sisi Allah), apakah kau termasuk hamba yang diterima dan berbahagia atau hamba yang ditolak dan celaka, (lihatlah di mana Dia menempatkanmu), apakah perbuatan taat atau maksiat. Siapa saja yang diterima dan berbahagia, maka ia akan digerakkan oleh Allah pada ketaatan yang diridhai-Nya. Sedangkan orang yang celaka, maka ia akan digerakkan oleh Allah pada pelanggaran yang dimurka oleh-Nya. Ini berlaku dalam konteks orang awam. Dalam konteks kalangan tertentu (khawash), dapat dikatakan, (Kalau mau tahu kedudukanmu) derajatmu (di sisi Allah), apakah kau termasuk kalangan muqarrabin atau bukan, (lihatlah di mana Dia menempatkanmu) Dia memasukkan kebesaran dan keagungan-Nya ke dalam batinmu. Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang ingin mengetahui derajatnya di sisi Allah, perhatikan kedudukan-Nya di dalam hati,’” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Al-Haramain, 2012 M, juz I, halaman 62).
.
***
.

.
#nahdlatululama #nuonline #nuonline_id #quotes #quotesoftheday #islamicquotes #ulamaquotes #kutipan #kutipanislami #alhikam #ibnuathaillah

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarah Hadist Arba'in 1 | Urgensi Niat - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc,...

Dauroh 'Mengenal Asma'ul Husna' Sesi 2 - Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

Perjanjian Yang Kuat Dalam Islam

PERJANJIAN YANG KUAT Diantara perjanjian yang paling kuat adalah pernikahan, karena akad nikah adalah perjanjian dengan nama Allah, dan Allah menyebutnya sebagai perjanjian yang kuat. Allah 'azza wa jalla berfirman, وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا . "Dan isteri-isterimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat." [An-Nisa: 21] Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُم أَخَذتُمُوهُنَّ بِأَمَانَةِ اللَّهِ وَاستَحلَلتُم فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ . “Bertakwalah kepada Allah dalam memperlakukan para wanita, karena kalian telah mengambil mereka (sebagai istri) dengan perjanjian Allah dan menghalalkan hubungan suami istri dengan kalimat Allah.” [HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu’anhu] Dan setiap perjanjian adalah amanah, maka para istri adalah amanah Allah di pundak suami untuk diperlakukan dengan baik, dan kelak Allah 'azza wa jalla akan meminta pertanggung jawaban atas amanah ini di hari kiamat. Al-Ima

Ceramah Singkat : Allah Berikan Dunia Kepada Orang Kafir - Ustadz Dr. Fi...

Kajian Kitab : Syarah Kitab Shahih Bukhari Kajian Ke-30 - Ustadz Dr. Fir...

Apakah Amalan Yang Gugur Bisa Kembali - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, ...

Kajian Umum : Fiqh Bermedia Sosial - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Khutbah Jumat : Kemuliaan Sholat Malam - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc,...

Kajian Sirah Bahtera Nabi Nuh - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Kajian Umum : Hijrah, Sejarah Dan Ibroh - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc...