Langsung ke konten utama

Tradisi May Crowning

Muslimah Cantik Indonesia

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

TAHUKAH ANDA?
TRADISI MAY CROWNING OF MARY

Mungkin kita di Indonesia jarang atau belum pernah mendengar tentang tradisi ini, apalagi menyaksikannya sendiri. Tradisi May Crowning of Mary (Koronasi Bulan Mei kepada Maria), atau cukup disebut "May Crowning", memang lebih populer sebelum Konsili Vatikan II, namun tradisi ini masih banyak dilakukan di banyak negara seperti di Amerika Serikat. Dan, seperti banyak tradisi pra-KV 2 lainnya, May Crowning sangat indah untuk dilakukan dan sarat makna devosinya.

TENTANG MAY CROWNING

May Crowning adalah sebuah tradisi di mana umat beriman mempersembahkan rangkaian bunga mawar kepada Bunda Maria, seperti seorang anak yang menghadiahi ibunya dengan buket bunga pada Hari Ibu. May Crowning dilakukan pada bulan Mei, yang didedikasikan kepada Bunda Maria sebagai Bulan Maria.

May Crowning berbeda dari Solemn Crowning of Mary (Koronasi Megah) yang harus dipimpin oleh uskup pada tanggal 22 Agustus, yaitu Pesta Maria Dimahkotai di Surga menurut Kalender Liturgi Baru, atau Pesta Hati Maria Tak Bernoda menurut Kalender Liturgi Tradisional. Solemn Crowning diadakan dalam Misa Kudus dan merupakan bagian dari pesta Gereja, sementara May Crowning adalah bentuk devosi umat atau paroki. Selain itu, Solemn Crowning dilakukan dengan meletakkan mahkota sungguhan bertatahkan batu mulia, sementara May Crowning dilakukan dengan meletakkan mahkota bunga mawar.

Sesuai dengan namanya, "crowning" (memahkotai), maka BUNGA MAWAR DIPERSEMBAHKAN DALAM LINGKARAN (garlad) DIATAS KEPALA PATUNG BUNDA MARIA SEBAGAI MAHKOTA.
Namun jika tidak ada patung, atau patung terlalu kecil, maka rangkaian bunga dapat dletakkan di kaki gambar, ikon, atau patung Bunda Maria.
________________________

👆
Sudah tahu?
Sekarang mari baca dengan seksama.
👇

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami”
(HR. Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Kenapa sampai kita dilarang meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 154).

Di tempat lain dalam Majmu’ Al Fatawa, beliau berkata,

“Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?!” (Majmu’ Al Fatawa, 25: 332).

Naudzubillah mindzalik~

Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa muslim tidak lagi punya kekhasan sendiri. Yang ada dari gaya dan penampilan bahkan akhlak dan tingkah lakunya selangkah demi selangkah ingin mengikuti gaya barat atau gaya orang kafir.
Coba kita lihat mulai dari model rambut, cara berpakaian dan penampilan muda-mudi saat ini sungguh miris.
Belum lagi, ada banyak tradisi yang bukan berasal dari agama islam yang dengan entengnya mereka ikuti dengan berbagai macam dalih.
Seolah itu bukanlah apa-apa disisi Allah.

Maka benarlah sabda Rasulullah bahwa orang muslim akan mengikuti Jejak orang kafir selangkah demi selangkah.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
(HR. Muslim no. 2669).

Ibnu Taimiyah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara.
(Lihat Majmu’ Al Fatawa, 27: 286)

Imam Nawawi Rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziroo’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti.
Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini :(
(Syarh Muslim, 16: 219)

Maka, masihkah kita yang telah mengetahuinya tetap saja ingin melakukannya dikemudian hari?
Semoga saja tidak.
Ini bukan perkara sepele.
Sesungguhnya berjalan sendirian diatas kebenaran adalah lebih baik daripada berjalan bersama ribuan manusia dijalan yang salah :)

Barakallahu fiikum🙏.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian : Tafsir Surat Al-Buruj - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Hukum Main Musik Rebana

HUKUM MEMAINKAN ALAT MUSIK REBANA . Guru kami, Syaikh Sa’ad bin Turkiy Al Khotslan mendapat pertanyaan: . “Kami berharap dari engkau wahai Syaikh penjelasan mengenai hukum duff (rebana). Kapan dibolehkan? Apakah duff boleh dimainkan oleh laki-laki dan perempuan? Apakah ada perbedaan antara hukum memainkan dan mendengarnya?” . Jawab beliau hafizhohullah: . Perlu diketahui bahwa hukum asal duff termasuk alat musik. Mengenai duff diterangkan dalam hadits shahihain (Bukhari-Muslim) pada kisah dua budak wanita yang memukul duff di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas ketika itu Abu Bakr datang dan bersikap keras, “Apakah alat musik setan di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Biar mereka berdua wahai Abu Bakr. Sesungguhnya setiap umat memiliki hari raya. Dan sekarang adalah hari raya kita umat Islam.” . Dalam hadits ini, jelas Abu Bakr menganggap duff sebagai alat musik setan. . Nabi shallallahu ‘alaihi wa ...

Kajian Umum : Saat Hidayah Menyapa - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Kisah Lengkap Nabi Yusuf ‘Alaihissalam

Yusuf ‘Alaihissalam Bermimpi Pada suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya. Ketika ia bangun, maka ia langsung mendatangi ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung memahami takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya. Saudara-saudara Yusuf Berniat Buruk Kepada Yusuf Nabi Ya’qub ‘alaihissalam sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat saudara-saudaranya merasa iri dengannya. Mereka pun berkumpul untuk membuat makar kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan kasih sayang itu beralih kepada mereka. Salah seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau membuan...

Kitab Tauhid - Bab Syafaat - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Khutbah Jumat : Tatkala Bersendirian - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Kajian Umum : Nasihat Kepada Wanita Muslimah - Ustadz Dr. Firanda Andirj...

Ceramah Singkat : Meninggal Menuju Tempat Kerja, Apakah Syahid - Ustadz ...

Ceramah Singkat : Allah Berikan Dunia Kepada Orang Kafir - Ustadz Dr. Fi...

Kajian Kitab : Syarah Kitab Shahih Bukhari Kajian Ke-37 - Ustadz Dr. Fir...