Langsung ke konten utama

Kisah Garis Istimewa Abdullah bin Mas’ud Dari Rasulullah



Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Selepas mengerjakan shalat ‘Isya’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpaling dan meraih tangan Abdullah bin Mas’ud lalu membawanya keluar hingga sampai di Baththaa’ Makkah (tanah lapang luas di kota Makkah). Beliau memerintahkannya duduk dan membatasinya dengan garis lalu bersabda, “Tetaplah engkau di garis itu, karena akan ada beberapa orang yang mendatangimu. Janganlah engkau ajak bicara karena mereka juga tidak akan mengajakmu bicara.”

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat ke tempat yang beliau kehendaki. Abdullah bin Mas’ud melanjutkan ceritanya, ”Ketika aku duduk di garisku tersebut datanglah beberapa orang lelaki yang warna kulit dan rambutnya hitam seperti ter (aspal, ed.). Sampai-sampai aku tidak dapat melihat aurat dan kulit mereka. Mereka mendatangiku namun tidak melewati garis tersebut. Kemudian mereka pergi ke arah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi. Di akhir malam datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemuiku sementara aku masih tetap duduk di atas garisku. Beliau bersabda, “Aku tidak tidur semalaman ini!” Beliau duduk bersamaku di garis tersebut kemudian menyandarkan kepalanya di pahaku lalu tidur. Beliau biasanya mendengkur kalau tidur. Ketika aku duduk dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidur berbantalkan pahaku tiba-tiba datanglah beberapa orang lelaki yang mengenakan pakaian putih. Masya Allah, wajah mereka sangat tampan. Mereka mendatangiku. Sebagian dari mereka duduk di dekat kepala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sebagian lagi dekat kaki beliau. Kemudian mereka saling berbincang, “Belum pernah kita melihat seorang hamba diberi karunia seperti karunia yang diberikan kepada nabi ini, kedua matanya tertidur namun hatinya terjaga. Buatlah perumpamaan bagi dirinya! Perumpamaan seorang tuan yang membangun istana kemudian menyajikan hidangan lalu mengundang orang-orang untuk makan dan minum dari hidangan tersebut. Barang siapa yang memenuhi undangannya maka ia dapat makan dan minum dari hidangannya itu. Dan barang siapa yang tidak memenuhinya maka ia akan disiksa atau diazab.” Kemudian mereka menghilang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun terbangun dan berkata, “Apakah engkau mendengar apa yang mereka katakan? Tahukah engkau engkau siapa mereka?”

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya.” Jawabku.

“Mereka adalah malaikat, lalu tahukah kamu perumpamaan yang mereka buat?”  Tanya Rasul lagi.

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya!” Jawabku.

Beliau berkata, “Perumpamaan yang mereka buat adalah Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan surga dan mengajak hamba-hamba-Nya kepadanya. Barang siapa memenuhi ajakan-Nya maka ia akan masuk ke dalam surga dan barang siapa tidak memenuhi ajakan-Nya maka ia akan disiksa atau diazab.”

Ada kisah lain yang hampir sama dengan kisah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu di atas. Yaitu kisah Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu. Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Muslim dalam Shahih mereka berdua, dari Abu Dzar al- Ghifari radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Ketika aku berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di jalan kota Madinah menuju Uhud beliau bersabda, “Wahai Abu Dzar!”

Labbaika, ya Rasulullah.” Jawabku.

Nabi bersabda, “Aku tidak senang sekiranya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu setelah tiga hari masih tertinggal satu dinar padaku selain untuk membayar hutang. Aku pasti membagi-bagikannya kepada hamba-hamba Allah seperti ini.” Beliau membentangkan tangannya ke kanan dan ke kiri, kemudian ke belakang. Kemudian beliau berjalan dan bersabda, “Ingatlah, orang yang banyak harta itu yang paling sedikit pahalanya di akhirat, kecuali yang menyedekahkan hartanya ke kanan, ke kiri, ke muka, dan ke belakang. Tapi sedikit sekali orang berharta yang mau seperti ini.”

Kemudian beliau berpesan kepadaku, “Tetaplah di tempatmu, jangan pergi kemana-mana hingga aku kembali.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi di kegelapan malam hingga lenyap dari pandangan. Sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam aku mendengar gemuruh dari arah beliau pergi. Aku khawatir jika ada bahaya yang menghadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ingin rasanya aku menyusul beliau! Tapi aku ingat pesan beliau, “Tetaplah di tempatmu, jangan pergi kemana-mana!”

Akhirnya beliau kembali. Aku menceritakan tentang suara gemuruh yang kudengar dan kekhawatiranku terhadap keselamatan beliau. Aku menceritakan semuanya kepada beliau. Lalu beliau bersabda, ”Itu adalah malaikat Jibril ‘alaihissalam. Ia menyampaikan kepadaku, “Barang siapa di antara umatmu yang mati dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu sesuatupun, maka ia pasti akan masuk surga.”

Aku bertanya, “Meskipun ia berzina dan mencuri?”

“Meskipun ia berzina dan mencuri!” Jawab Beliau. (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

Kaitannya dengan dua riwayat di atas kita sampaikan satu kisah tentang Abu Bakar Ash-Shiddiq. Dalam kisah kali ini juga terdapat keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang melalui tangannya Allah memelihara dan menolong agama-Nya setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga Abu Hurairah berkata, “Demi Allah yang tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, sekiranya Abu Bakar tidak diangkat menjadi khalifah (sepeninggal Rasul) niscaya Allah tidak lagi disembah!” Ia mengatakannya kedua dan yang ketiga. Lalu dikatakan kepadanya, ”Tahan (ucapanmu) hai Abu Hurairah!” Lalu Abu Hurairah berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengerahkan pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid ke negeri Syam. Ketika mereka tiba di Dzi Khasyab terdengarlah berita wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan murtadnya kabilah-kabilah Arab di sekitar kota Madinah. Maka berkumpullah sahabat-sahabat nabi menghadapi Abu Bakar, mereka berkata, “Wahai Abu Bakar, perintahkanlah pasukan yang dikirim ke negeri Syam supaya mereka kembali. Apakah engkau membiarkan mereka menghadapi tentara Romawi sementara orang-orang Arab di sekitar Madinah telah murtad!”

Maka beliau berkata, “Demi Allah yang tiada tuhan yang hak selain Dia, sekiranya sekumpulan anjing menarik kaki istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidaklah aku menarik kembali pasukan yang telah dikirim oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidaklah aku menurunkan bendera yang dipancangkan oleh beliau!”

Maka beliau tetap mengirim Usamah beserta pasukannya ke negeri Syam. Dan setiap kali melewati kabilah Arab yang ingin murtad pastilah kabilah itu berkata, “Sekiranya mereka (kaum muslimin) tidak memiliki kekuatan tentu tidaklah mengirim pasukan sebesar ini untuk menghadapi tentara Romawi!” Kita biarkan saja mereka hingga berhadapan dengan tentara Romawi!”

Maka bertemulah pasukan Usamah dengan tentara Romawi. Setelah melalui pertempuran yang sengit akhirnya pasukan Usamah dapat mengalahkan tentara Romawi, menghabisi mereka dan dapat kembali dengan selamat. Melihat itu kabilah-kabilah Arab yang semula ingin murtad kembali teguh keislamannya!”

Pelajaran Kisah

- Kepatuhan dengan arahan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hal yang mutlak dilakukan oleh setiap muslim. Para shahabat adalah yang patut kita contoh dalam hal ini.
- Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak perlu diakal-akali. Sekali mendengar, hendaknya langsung ditaati. Cobalah renungkan garis yang dibuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di depan dua shahabatnya tersebut. Secara akal tentu tidak akan dapat dicerna, menunggu di belakang garis hingga nabi datang. Namun mereka tetap taat. Di saat lain keteguhan Abu Bakar dalam menunaikan titah nabi juga sangat spektakuler di saat genting seperti itu. Beliau begitu teguh pendirian dalam menjalankannya.
- Jalan kebenaran dan kebahagiaan adalah dengan selalu memegang sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kapan dan dimanapun kita berada.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling mulia, bahkan di mata para malaikat Allah.
- Seluruh umat Islam selama tidak melakukan syirik, akan dimasukkan ke dalam surga
- Allah akan memberikan pertolongan kepada kita, saat kita mau menolong (agama)-Nya. Dengan cara berpegang teguh dengan ajaran-ajaran Islam secara murni sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian : Tafsir Surat Al-Buruj - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Hukum Main Musik Rebana

HUKUM MEMAINKAN ALAT MUSIK REBANA . Guru kami, Syaikh Sa’ad bin Turkiy Al Khotslan mendapat pertanyaan: . “Kami berharap dari engkau wahai Syaikh penjelasan mengenai hukum duff (rebana). Kapan dibolehkan? Apakah duff boleh dimainkan oleh laki-laki dan perempuan? Apakah ada perbedaan antara hukum memainkan dan mendengarnya?” . Jawab beliau hafizhohullah: . Perlu diketahui bahwa hukum asal duff termasuk alat musik. Mengenai duff diterangkan dalam hadits shahihain (Bukhari-Muslim) pada kisah dua budak wanita yang memukul duff di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas ketika itu Abu Bakr datang dan bersikap keras, “Apakah alat musik setan di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?” . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Biar mereka berdua wahai Abu Bakr. Sesungguhnya setiap umat memiliki hari raya. Dan sekarang adalah hari raya kita umat Islam.” . Dalam hadits ini, jelas Abu Bakr menganggap duff sebagai alat musik setan. . Nabi shallallahu ‘alaihi wa ...

Kajian Umum : Saat Hidayah Menyapa - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Kisah Lengkap Nabi Yusuf ‘Alaihissalam

Yusuf ‘Alaihissalam Bermimpi Pada suatu malam ketika Yusuf masih kecil, ia bermimpi dengan mimpi yang menakjubkan. Ia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud kepadanya. Ketika ia bangun, maka ia langsung mendatangi ayahnya, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam menceritakan mimpinya itu. Ayahnya pun langsung memahami takwilnya, dan bahwa akan terjadi pada anaknya suatu urusan yang besar. Maka ayahnya segera mengingatkan Yusuf agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada saudara-saudaranya yang nantinya setan akan merusak hubungan mereka dan berhasad kepadanya atas pemberian Allah itu. Yusuf pun menaati saran ayahnya. Saudara-saudara Yusuf Berniat Buruk Kepada Yusuf Nabi Ya’qub ‘alaihissalam sangat sayang kepada Yusuf sehingga membuat saudara-saudaranya merasa iri dengannya. Mereka pun berkumpul untuk membuat makar kepadanya agar Yusuf dijauhkan dari ayahnya dan kasih sayang itu beralih kepada mereka. Salah seorang di antara mereka mengusulkan untuk membunuh Yusuf atau membuan...

Kitab Tauhid - Bab Syafaat - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Khutbah Jumat : Tatkala Bersendirian - Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc, M.A.

Kajian Umum : Nasihat Kepada Wanita Muslimah - Ustadz Dr. Firanda Andirj...

Ceramah Singkat : Meninggal Menuju Tempat Kerja, Apakah Syahid - Ustadz ...

Ceramah Singkat : Allah Berikan Dunia Kepada Orang Kafir - Ustadz Dr. Fi...

Kajian Kitab : Syarah Kitab Shahih Bukhari Kajian Ke-37 - Ustadz Dr. Fir...