Langsung ke konten utama

Ciri Khas Manhaj Salaf

Sebagian kekhususan para ulama salaf dan ciri khas manhaj mereka secara ringkas :

↔ 1. I’timâd (berpegangnya) mereka dengan nushush (nash-nash) al-Kitâb dan as-Sunnah dengan pemahaman yang shaĥîĥ, dan interaksi mereka terhadap nash-nash ini yang tercermin dalam kehidupan mereka, baik dalam amal dan ilmu, baik dalam perkataan dan perbuatan, secara zhahir dan bathin, sesuai batasan firman Allôh Azza wa Jalla :

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr : 7)

↔ 2. Niat yang lurus dan tujuan yang baik terhadap semua hal yang mereka lakukan dan yang mereka tinggalkan. Disertai dengan kesabaran, ĥikmah dan al-Mau’izhah al-Ĥasanah (pelajaran/nasehat yang baik) yang dianggap merupakan asas utama di dalam menegakkan dakwah Islâm.

↔ 3. Iltizâm (berpegang kuat) secara sempurna terhadap manhaj para Nabi dan Rasūl yang mulia di dalam dakwah mereka yang diridhai, berperangai dengan akhlaq mereka yang suci, yang terpancar dari kaidah-kaidah syar’iyah.

↔ 4. Jalan dan manhaj yang jelas di dalam aktivitas dakwah ilallâh dan amar ma’rūf nâhi munkar, tidak bersifat sirriyah (sembunyi-sembunyi) dan tidak pula mendirikan organisasi atau jama’ah-jama’ah rahasia sebagaimana yang dilakukan oleh kaum hizbîyūn harokîyūn di setiap negeri kaum muslimin. Namun as-Salaf, mereka menampakkan dakwah mereka secara terang-terangan di dalam dakwah ilallâh dan ta’lim (mengajarkan) hamba-hamba Allôh, mereka curahkan nasehat bagi ummat menurut keadaan dan kedudukannya, serta beramar ma’rūf nâhi munkar dalam batasan kemampuan syar’iyah dan menetapi adab-adab Islamiyah.

↔ 5. Mencintai sikap berlapang-lapang (at-Tawassu’) di dalam ilmu syar’iyah dan wasa`il (sarana-sarananya), dikarenakan Allôh dan Rasūl-Nya mencintai hal ini. Tidak sedikit ayat dan ĥadîts yang memuji dan menyanjung sifat ini. Oleh karena itu, tidak perlu kita menghiraukan tuduhan yang mengatakan bahwa salafîyun adalah penghafal matan dan catatan kaki [sebagaimana tuduhan DR. ’Abdullâh ’Azzâm –semoga Allô merahmati beliau dan mengampuni dosa kami dan beliau- di dalam Majalah al-Jihâd, no. 53 dalam artikel berjudul ”Jâ`al Haq wa Zahaqol Bâthil”, th. 1989].

Karena Allôh sendiri yang memuji sebagaimana dalam firman-Nya :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mujâdilah : 11)

Dan Firman-Nya :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Fâthir : 28)

Juga di dalam sabda Nabî Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam :

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

”Barangsiapa yang Allôh mengehendaki kebaikan pada seseorang, niscaya ia fahamkan ia di dalam agama, dan sesungguhnya ilmu itu adalah dengan belajar.” [Muttafaq ’alayhi].

Dan sabda beliau :

إِنَّمَا العُلَمَاء ورَثَةُ الأَنْبِيَاءِ

”Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para Nabî.” [HR Abū Dâwud, Tirmidzî dan Ibnu Ĥibbân].

↔ 6. At-Tawâdhu’ (rendah hati) di dalam belajar dan menyebarkan ilmu, beradab yang baik terhadap makhluk, terutama terhadap para ulama karena mereka pemilik ilmu yang keutamaannya tinggi dan kedudukannya mulia, maka wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk beradab terhadap makhluk. Allôh Ta’âlâ berfirman :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS al-Furqân : 63)

Dan sabda Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam :

وَ مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إَلا رَفَعَهُ اللهُ

“Tidaklah seseorang itu bersikap rendah hati karena Allôh melainkan Allôh akan angkat kedudukannya.” [HR Muslim]
Sungguh indah apa yang dikatakan oleh seorang penyair :

تواضع تكن كالبدر لاح لناظر على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تك كالدخان يعلو بنفسه إلى طبقات الجو وهو وضيع

“Tawâdhu’ (rendah hati) itu menjadikanmu laksana bulan bergemerlap bagi orang yang memandangnya di atas permukaan air sedangkan bulan itu tinggi
Janganlah kamu bagai asap yang terbang melayang meninggikan dirinya di lapisan udara padahal asap itu hina/rendah.”

Sebaliknya, perangai yang kaku keras lagi bengis, yang merasa tinggi hati lagi pembual, maka sesungguhnya sifat-sifat ini akan menghinakan seorang penuntut ilmu. Maka bersegera dan bersegeralah menuju kepada akhlaq yang mulia, dan jauhi da jauhilah akhlaq yang buruk lagi tercela! Di dalam sebuah hikmah dikatakan :

العلم حرب للمتعالي كالسيل حرب للمكان العالي

“Ilmu itu memerangi sikap tinggi hati sebagaimana banjir itu memerangi tempat yang tinggi.”

↔ 7. Menaruh perhatian di dalam meramaikan halaqoh ilmu terutama di pusat utamanya, yaitu Masjid sebagai tempat termulia dan paling dicintai oleh Allôh, dan di tempat-tempat lainnya seperti lembaga-lembaga pengajaran semisal sekolah-sekolah, atau bahkan di setiap tempat yang memungkinkan untuk menyebarkan ilmu dengan cara yang benar. Menurut salaf ilmu-ilmu yang patut difokuskan adalah :

Al-Qur`ânul Karîm dan kaidah-kaidah tajwîd bacaannya, untuk meluruskan lisân dan membenarkan bacaannya.

Tafsîr Al-Qur`ân beserta ilmu-ilmunya, yang dipilihkan dari buku-buku tafsîr salafîyah yang lurus, seperti Tafsîr Ibnu Jarîr, Ibnu Katsîr dan selainnya.

Ilmu ‘Aqîdah dalam semua babnya, beserta tahqîq (penelitian) terhadap segala hal yang menafikan tauĥîd dan mengoyak kesempurnaan I’tiqâd. Buku-buku ‘aqîdah yang mu’tabar di dalam masalah ‘aqîdah adalah “Kitâbut Tauĥîd” karya Ibnu Khuzaimah, “Kitâbut Tauĥîd” karya Ibnu Mandah, “Kitâbus Sunnah” karya ‘Abdullâh bin A­ĥmad, “Kitâbus Sunnah” karya al-Khollâl, “Ushulul I’tiqâd” karya al-Lâlikâ`î, “al-Ibânah” karya Ibnu Baththoh al-Ukbarî, karya-karya tulis Imâm Ibnu Taimîyah, Ibnu Qoyîm al-Jauzîyah dan buku-buku lainnya di dalam bidang ini, sebagai tambahan pula kitab-kitab tauhid yang termaktub di dalam kitab ash-Shiĥâh dan as-Sunan pada kitab-kitab ĥadîts. Termasuk pula buku-buku ‘aqîdah yang ada di hadapan kita di zaman ini, yaitu tulisan-tulisan dan fatâwâ di dalam masalah ‘aqidah oleh asy-Syaikh al-Imâm al-Mujaddid Muĥammad bin ‘Abdil Wahhâb, termasuk buku-buku karya putera-putera, keturunan dan murid-murid beliau dari kalangan ulama Najd ar-Robbâniyîn serta selain mereka, terutama yang patut disebut adalah penulis buku “Ma’ârijul Qabūl” dan “A’lâmus Sunnah al-Mansyūrah fî I’tiqâd ath-Thô`ifah al-Manshūrah”, seorang Allâmah di zamannya, Ĥâfizh bin Aĥmad bin ‘Alî al-Ĥakamî, asy-Syaikh yang mulia ‘Abdūl ‘Azîz bin Baz al-Atsarî, asy-Syaikh yang mulia Muĥammad Nâshiruddîn al-Albânî, asy-Syaikh yang mulia Muĥammad bin Shâliĥ al-‘Utsaimîn, asy-Syaikh yang terhormat Ĥammūd at-Tuwaijirî, asy-Syaikh yang terhormat Muĥammad Amân ‘Alî al-Jâmî –semoga Allôh merahmati mereka semua-. Juga asy-Syaikh yang terhormat Shâliĥ bin Fauzân bin ‘Abdillâh al-Fauzân, asy-Syaikh yang terhormat ‘Abdūl ‘Azîz al-Muĥammad as-Salmân, asy-Syaikh yang terhormat Rabî’ bin Ĥâdî al-Madkholî, asy-Syaikh yang terhormat Shâliĥ bin Sa’d as-Su­ĥaimî, asy-Syaikh yang terhormat ‘Alî bin Nâshir al-Faqîhî, asy-Syaikh yang terhormat ‘Ubaid al-Jâbirî, asy-Syaikh yang terhormat Mu­ĥammad bin Ĥadî al-Madkholî, asy-Syaikh yang terhormat Mu­ĥammad bin Robî’ al-Madkholî, asy-Syaikh Aĥmad Yahyâ an-Najmî, asy-Syaikh Shâliĥ bin ‘Abdil ‘Azîz Ậlusy Syaikh dan selain mereka dari para ulama as-Salaf di zaman ini, semoga Allôh memperbanyak jumlah mereka dan menjadikan mereka dan ilmu mereka bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya. Mereka semua ini memiliki karya-karya tulis yang bermanfaat dan rekaman-rekaman ceramah yang membahas masalah ‘aqîdah as-Salafîyah.

‘Ilmu al-Ĥadîts, yang dipetik darinya dan dari al-Qur`ân, fikih yang terperinci bagi rukun-rukun Islâm, Ỉmân, Iĥsân dan keterangan ĥalâl dan ĥarâm, dan perincian seluruh ĥukum yang Allôh bebankan kepada manusia.

‘Ilmu Farô`idh yang mana begitu butuhnya umat ini terhadap ilmu ini yang apabila mereka memahaminya, niscaya akan terpenuhilah hak-hak kepada para pemiliknya.

‘Ilmu as-Sîrah an-Nabawîyah dan segala pelajaran yang terkandung di dalamnya. Inilah bidang-bidang ilmu syar’iyah mulai dari yang terpenting hingga yang ke penting, dan kesemuanya ini harus dipelajari menurut tingkatan dan kebutuhannya.

↔ 8. Bersikap ar-Rifq (ramah), ĥilm (lembut) dan ‘anât (tenang) kepada makhluk pada batasan syar’i. Kesemua sifat yang baik ini merupakan sifat yang harus dimiliki du’at yang berdakwah ke jalan Allôh. Banyak sekali ayat-ayat yang terang dan tegas dan ĥ­adîts-ĥadîts yang shaĥîĥ yang mendorong untuk bersifat dengan sifat-sifat yang mulia ini. Diantaranya adalah firman Allôh :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’râf : 199)

Dan firman-Nya :

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat : 34-35)

Sabda Nabî kepada Asyaj ’Abdul Qays :

إِنَّ فِيْكَ خُصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ, الحِلْمُ وَالأَنَةُ

”Sesungguhnya engkau memiliki dua perangai yang dicintai Allôh, yaitu kelemahlembutan dan ketenangan.” [HR. Muslim]
Dan sabda beliau Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam :

إِنّ اللهَ رَفِيْقُ يُحِبُّ الرِفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ

“Sesungguhnya Allôh itu Maha Lembut, dan mencintai kelemahlembutan pada segala hal.” [HR Muslim].

Sunguh indah apa yang dikatakan oleh seorang penyair :

أحب مكارم الأخلاق جهدي وأكره أن أعيب وأن أعاب
وأصفح عن سباب الناس حلما وشر الناس من يهوي السبابا
و من هاب الرجال تهيبوه ومن حقر الرجال فلن يهاب

“Aku menyukai akhlaq yang mulia maka kutekuni dan kubenci mencela dan dicela orang lain Aku berpaling dari cercaan manusia dengan kelemahlembutan dan seburuk-buruk manusia itu adalah orang yang gemar mencerca
Barangsiapa yang memuliakan orang lain maka ia akan dimuliakan, dan barangsiapa yang merendahkan orang lain ia takkan dihormati.”

Berangkat dari nash-nash dan hikmah inilah, salafîyun menganggap sifat-sifat yang mulia ini yaitu ar-Rifq, al-Ĥilm dan al-Anât- sebagai penopang dakwah mereka dan mereka pun berperangai dengannya. Oleh karena itulah Allôh menentukan kesukesan bagi dakwah mereka di setiap zaman dan tempat.

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

”Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS al-Ĥadîd : 21)

↔ 9. Pemahaman yang benar dan penerapan yang syar’i terhadap hukum al-Walâ` wal Barô` bagi Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, yang berangkat dari sabda Nabî Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam :
أَوْثَق عُرَى الإِيْمَان الحُبٌّ فِي اللهِ والبُغْضُ فِي اللهِ

”Tali iman yang terkuat adalah mencinta karena Allôh dan membenci karena Allôh” [HR A­ĥmad].

Di dalam lafazh lain dikatakan :

أَوْثَق عُرَى الإِيْمَان المُوَلاَة فِي اللهِ وَالمُعَادَة فِي اللهِ الحُبٌّ فِي اللهِ والبُغْضُ فِي اللهِ

”Tali iman yang terkuat adalah berloyal dan berlepas diri karena Allôh serta mencinta dan membenci karena Allôh” [HR as-Suyūthî dalam al-Jâmi’ ash-Shaghîr dan diĥasankan oleh al-Albânî].

Yang semakna dengan kedua ĥ­adîts di atas, adalah ucapan Ibnu ’Abbâs radhiyallâhu ’anhu, seorang sahabat yang bergelar Turjumânul Qur`ân (penterjemah al-Qur`ân) :

”Barangsiapa yang mencinta, membenci dan berwala’ karena Allôh, maka ia akan mendapatkan wilâyah (kecintaan) dari Allôh yang tidak akan diperoleh oleh seorang hamba rasa iman ini walaupun ia banyak melakukan sholat dan puasa, sampai ia melakukan kesemua hal ini.” [Lihat Jâmi’ al-’Ulūm wal Ĥikam karya Ibnu Rojab al-Hanbalî hal. 30].
 
 

📙 Sebuah Penutup

Demikianlah kurang lebih apa yang dapat disarikan dari ulasan Fadhîlatusy Syaikh Zaid al-Madkholî hafizhullâhu. Semoga apa yang beliau sampaikan bisa menjadi bahan bercermin bagi kita semua. Semoga Allôh memberikan taufiq-Nya kepada kita semua, agar dapat menjadi seorang salafî sejati…


____________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pacaran Itu Dosa • Aulia Izzatunnisa

Bismillaah, Ingatlah sahabat fillah, Pacaran itu perbuatan yang dimurkai oleh Allah!!!, Pacaran itu jalan menuju perzinahan, Pacaran itu maksiat, Pacaran itu mengambil hak yang belum tentu miliknya!, Dan..., Pacaran itu hanya menjaga jodoh orang! Karna pacar itu belum tentu menjadi jodoh kita?!, Karna Allah belum tentu menjodohkannya kepada diri kita? Lantas apa gunanya menjaga milik orang?! Percuma saja kan? Seseorang...,yang belum berhak menjadi milik kita?!! Tapi kemana-mana, Selalu berduaan! Itu hanya mubazzir waktu saja! Betulkan sobat!!! Bukannya dapat pahala?!, Tapi justru cuma nambahin dosa!?? Sahabat..., Jangan biarkan malaikat sebelah kirimu terus bekerja mencatat setiap amal burukmu!, Sementara malaikat sebelah kananmu hanya diam tak bekerja! Ketahuilah, pacaran itu ibaratnya sebuah taruhan..., Jadinya belum pasti,tapi dosanya pasti sudah jadi!, Tanpa kau pertanyakan lagi!, Dan setiap detiknya,dosamu akan terus dicatat!!! Terlebih lagi jika sering berdua-duaan, Tanpa ikata...

Keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq Dalam Islam

Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia setelah para nabi dan rasul. Keutamannya adalah sesuatu yang melegenda, hal itu diketahui oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah perjalanan hidupnya seakan-akan kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada orang seperti ini pernah menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman kita saat ini, memang manusia teladan sudah sulit terlestari. Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada segelintir orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan hidup Abu Bakar ash-Shiddiq setelah Allah dan Rasul-Nya memuji pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan surga untuknya, radhiallahu ‘anhu. وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِ...

Tinggalkan Bid'ah Dan Islam Tradisi Nusantara

NGAPAIN SIH NGERIBUTIN BID'AH...? . Celetukan yang selalu dilontarkan banyak orang yang belum memahami hakikat bid’ah dan bahayanya. . Padahal setiap hari kita membaca al Fatihah: “Ghairil maghdluubi ‘alaihim waladlaalliin”. Bukan jalannya orang-orang yang dibenci, bukan jalan orang yang sesat. Yang sesat adalah Nasrani, karena mereka suka beramal tanpa dasar ilmu…alias suka berbuat bid’ah dalam agama mereka. . Dalam Riwayat Muslim, acapkali Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam khutbahnya selalu bersabda : . “Sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah. Sebaik-baik petunjuk Rasulullah, seburuk-buruk perkara adalah yang dibuat-buat (Muhdats), dan setiap Muhdats adalah bid’ah.” . Jadi siapa yang pertama kali meributkan bid’ah?? Jawabannya, “Ya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. . Kenapa harus diributkan? Karena bid’ah merusak kesempurnaan Islam. . Tanyakan kepada pelaku bid’ah: Apakah Islam baru sempurna dengan perbuatan bid’ah Anda? Ataukah sudah sempurna tanpa perbuatan bid’...

Batas Waktu Memotong Bulu & Kuku

"Kami diberi batas waktu untuk mencukur kumis, memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, tidak dibiarkan lebih dari empatpuluh hari." Abu Isa berkata; Hadits ini lebih shahih dari hadits pertama. Shadaqah bin Musa menurut mereka bukan seorang yang hafidz. (HR. Tirmidzi: 2683)

Perbedaan Mukmin & Munafik

🍃Bismillahirrahmaanirrahiim🍃 _________________________ ORANG MUKMIN sangat berbeda dengan orang MUNAFIK dalam bersikap. . . 💦Orang MUKMIN HANYA TA'AT pada ALLAH dan RASUL-NYA, ta'at pd yg lain jika memang sesuai dlm rangka ta'at kpd Allah dan Rasul-Nya. . . 💦Orang MUKMIN tentu akan MENDAHULUKAN PERKATAAN ALLAH dam RASUL-NYA daripada perkataan orang2/ lainnya. . . 💦Orang MUKMIN akan TIDAK MAU MEMPERCAYAI (aplg MENGKHABARKN) hanya dari sekedar melihat/mendengar SEBELUM dia YAKIN akan KEBENARANNYA, krn segala pendengaran, penglihatan dan hati akn diminta tanggung jawabnya oleh Allah Yang Maha Menyaksikan. . . 💦Orang MUKMIN HANYA PEDULI PANDANGAN ALLAH, dia tdk peduli siapa yg menyanjung (memuji) dan yg mencelanya...baginya hanya Allah lah patokannya. . . 💦Orang MUKMIN HANYA MENCINTAI ALLAH dan mencintai apa/siapa yg dicintai-Nya. Orang MUKMIN HANYA TAKUT KPD KETIDAKREDHAAN ALLAH saja. . . &...

Bermain Bersama Istri Itu Sunnah

Bermain Bersama Istri Itu Sunnah Membangun kemesraan dalam rumah tangga sangat dianjurkan dalam islam. Salah satunya adalah ‘bermain’ dengan istri. Hampir semua permainan, tidak mengandung dzikrullah, dan tidak dianjurkan dalam dalam islam. Kecuali beberapa permainan, salah satunya bermain dengan istri. . Aisyah menceritakan, . Aku pernah ikut safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu aku masih muda, badannya belum gemuk dan bellum berlemak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh rombongan safar, “Silahkan kalian jalan duluan.” . Merekapun jalan duluan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku, . "Mari kita lomba lari. " . Akupun lomba lari dengan beliau dan aku bisa mengalahkan beliau. . Hingga setelah aku mulai gemuk, berlemak dan sudah lupa dengan perlombaan yang dulu, aku pergi bersama beliau untuk melakukan safar. Beliau meminta kepada rombongan, “Silahkan kalian jala...

JANGAN TERPEDAYA DENGAN GEMERLAP DUNIA

Bismillah JANGAN TERPEDAYA DENGAN GEMERLAP DUNIA.. !! رَغِيْفُ خُبْزٍ يَابِسٍ = تَأْكُلُهُ فِي زَاوِيَةْ “Sepotong roti kering yang engkau makan di pojokan….” وَكُوْزُ ماءٍ باردٍ = تَشْرَبُهُ مِنْ صَافِيَةْ “Dan secangkir air dingin yang kau minum dari mata air yang jernih….” وَغُرْفَةٌ ضَيِّقَةٌ = نَفْسُك...

Beda Agama Dengan Ortu, Benarkah Agama Adalah Warisan?

I ngat ga kalau beberapa waktu lalu ada seorang anak yang mem-viralkan puisi soal "agama warisan"? Katanya, agama itu adalah warisan, bahwa seseorang memeluk agama berdasarkan agama orang tuanya terdahulu, tapi rasa-rasanya puisinya tersebut terbantahkan dengan bahasan kali ini, sebab ada yang orang tuanya kafir tetapi anaknya muslim, begitupun sebaliknya Lalu, haruskan kita tetap berbakti kepada orang tua terutama Ibu jika keduanya adalah non muslim? Adakah perbedaan cara untuk berbakti pada keduanya? Nah dear... Dalam Islam, kita harus tetap berbakti pada kedua orang tua meskipun berbeda keyakinan Para Ulama mengambil dalil tentang wajibnya berbakti dan bersilaturahmi kepada kedua orang tua meskipun keduanya masih kafir Tapi kafir yang dimaksud pada permasalahan ini bukan kafir harbi yaitu kafir yang menentang dan memerangi Islam Jika orang tuanya tidak kafir harbi, tidak menyerang kaum muslimin, maka hendaklah bergaul dengan mereka dengan baik dan bersilaturahmi kepada ked...

3 Jenis Ziarah Kubur Yang Harus Anda Tahu

ZIARAH KUBUR ITU ADA 3 MACAM 1. Ziarah Syar’iyyah . Yakni ziarah kubur yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat yakni untuk dua hal; mengingat kematian dan mendoakan si mayyit, jenis ziarah yang pertama ini diperintahkan dan bagian dari ibadah yang disyari’atkan. . Syaikhul Islam Ibn Taymiyah: . (فَالزيارة الشَّرْعِيَّةُ الْمَقْصُودُ بِهَا السَّلَامُ عَلَى الْمَيِّتِ وَالدُّعَاءُ لَهُ . Yang dimaksud ziarah syar’iyyah adalah mengucapkan salam kepada mayyit (ahli kubur) dan mendoakannya. . Rasulullah ﷺ bersabda : . إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْآخِرَةَ . Sesungguhnya Dahulu Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah kalian ke kubur karena itu akan mengingatkan kamu terhadap hari akhirat. (HR. Muslim no.977dan Ahmad: 1173 ) . 2. Ziarah Bid’iyyah . Yakni ziarah yang tidak sesuai tuntunan syariat, melenceng dari aturan nabi, seperti shalat di kuburan, bersholawatan di kuburan, dzikir di kubur...

Malaikat Jibril Ikut Dalam Majelis Rasulullah

Umar Bin Khattab menceritakan, . “Ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya tidak ada bekas-bekas datang dari perjalanan, namun tidak ada satu pun di antara kami yang mengenalnya. . Kemudian, dia duduk di dekat Nabi.  Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi. . Kemudian, dia bertanya, ‘Wahai Muhammad, sampaikan kepadaku, apa itu islam? Nabi menjawab, “Islam adalah engkau bersyahadat bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah jika engkau mampu pergi ke sana. . "Orang ini berkata, ‘Engkau benar.’” Umar pun mengatakan, “Kami terheran; dia bertanya lalu dibenarkannya sendiri. . Orang tersebut bertanya, ‘S...