Langsung ke konten utama

Ciri Khas Manhaj Salaf

Sebagian kekhususan para ulama salaf dan ciri khas manhaj mereka secara ringkas :

↔ 1. I’timâd (berpegangnya) mereka dengan nushush (nash-nash) al-Kitâb dan as-Sunnah dengan pemahaman yang shaĥîĥ, dan interaksi mereka terhadap nash-nash ini yang tercermin dalam kehidupan mereka, baik dalam amal dan ilmu, baik dalam perkataan dan perbuatan, secara zhahir dan bathin, sesuai batasan firman Allôh Azza wa Jalla :

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا

“Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah.” (QS al-Hasyr : 7)

↔ 2. Niat yang lurus dan tujuan yang baik terhadap semua hal yang mereka lakukan dan yang mereka tinggalkan. Disertai dengan kesabaran, ĥikmah dan al-Mau’izhah al-Ĥasanah (pelajaran/nasehat yang baik) yang dianggap merupakan asas utama di dalam menegakkan dakwah Islâm.

↔ 3. Iltizâm (berpegang kuat) secara sempurna terhadap manhaj para Nabi dan Rasūl yang mulia di dalam dakwah mereka yang diridhai, berperangai dengan akhlaq mereka yang suci, yang terpancar dari kaidah-kaidah syar’iyah.

↔ 4. Jalan dan manhaj yang jelas di dalam aktivitas dakwah ilallâh dan amar ma’rūf nâhi munkar, tidak bersifat sirriyah (sembunyi-sembunyi) dan tidak pula mendirikan organisasi atau jama’ah-jama’ah rahasia sebagaimana yang dilakukan oleh kaum hizbîyūn harokîyūn di setiap negeri kaum muslimin. Namun as-Salaf, mereka menampakkan dakwah mereka secara terang-terangan di dalam dakwah ilallâh dan ta’lim (mengajarkan) hamba-hamba Allôh, mereka curahkan nasehat bagi ummat menurut keadaan dan kedudukannya, serta beramar ma’rūf nâhi munkar dalam batasan kemampuan syar’iyah dan menetapi adab-adab Islamiyah.

↔ 5. Mencintai sikap berlapang-lapang (at-Tawassu’) di dalam ilmu syar’iyah dan wasa`il (sarana-sarananya), dikarenakan Allôh dan Rasūl-Nya mencintai hal ini. Tidak sedikit ayat dan ĥadîts yang memuji dan menyanjung sifat ini. Oleh karena itu, tidak perlu kita menghiraukan tuduhan yang mengatakan bahwa salafîyun adalah penghafal matan dan catatan kaki [sebagaimana tuduhan DR. ’Abdullâh ’Azzâm –semoga Allô merahmati beliau dan mengampuni dosa kami dan beliau- di dalam Majalah al-Jihâd, no. 53 dalam artikel berjudul ”Jâ`al Haq wa Zahaqol Bâthil”, th. 1989].

Karena Allôh sendiri yang memuji sebagaimana dalam firman-Nya :

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Mujâdilah : 11)

Dan Firman-Nya :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

”Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Fâthir : 28)

Juga di dalam sabda Nabî Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam :

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

”Barangsiapa yang Allôh mengehendaki kebaikan pada seseorang, niscaya ia fahamkan ia di dalam agama, dan sesungguhnya ilmu itu adalah dengan belajar.” [Muttafaq ’alayhi].

Dan sabda beliau :

إِنَّمَا العُلَمَاء ورَثَةُ الأَنْبِيَاءِ

”Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para Nabî.” [HR Abū Dâwud, Tirmidzî dan Ibnu Ĥibbân].

↔ 6. At-Tawâdhu’ (rendah hati) di dalam belajar dan menyebarkan ilmu, beradab yang baik terhadap makhluk, terutama terhadap para ulama karena mereka pemilik ilmu yang keutamaannya tinggi dan kedudukannya mulia, maka wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk beradab terhadap makhluk. Allôh Ta’âlâ berfirman :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS al-Furqân : 63)

Dan sabda Nabî Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam :

وَ مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إَلا رَفَعَهُ اللهُ

“Tidaklah seseorang itu bersikap rendah hati karena Allôh melainkan Allôh akan angkat kedudukannya.” [HR Muslim]
Sungguh indah apa yang dikatakan oleh seorang penyair :

تواضع تكن كالبدر لاح لناظر على صفحات الماء وهو رفيع
ولا تك كالدخان يعلو بنفسه إلى طبقات الجو وهو وضيع

“Tawâdhu’ (rendah hati) itu menjadikanmu laksana bulan bergemerlap bagi orang yang memandangnya di atas permukaan air sedangkan bulan itu tinggi
Janganlah kamu bagai asap yang terbang melayang meninggikan dirinya di lapisan udara padahal asap itu hina/rendah.”

Sebaliknya, perangai yang kaku keras lagi bengis, yang merasa tinggi hati lagi pembual, maka sesungguhnya sifat-sifat ini akan menghinakan seorang penuntut ilmu. Maka bersegera dan bersegeralah menuju kepada akhlaq yang mulia, dan jauhi da jauhilah akhlaq yang buruk lagi tercela! Di dalam sebuah hikmah dikatakan :

العلم حرب للمتعالي كالسيل حرب للمكان العالي

“Ilmu itu memerangi sikap tinggi hati sebagaimana banjir itu memerangi tempat yang tinggi.”

↔ 7. Menaruh perhatian di dalam meramaikan halaqoh ilmu terutama di pusat utamanya, yaitu Masjid sebagai tempat termulia dan paling dicintai oleh Allôh, dan di tempat-tempat lainnya seperti lembaga-lembaga pengajaran semisal sekolah-sekolah, atau bahkan di setiap tempat yang memungkinkan untuk menyebarkan ilmu dengan cara yang benar. Menurut salaf ilmu-ilmu yang patut difokuskan adalah :

Al-Qur`ânul Karîm dan kaidah-kaidah tajwîd bacaannya, untuk meluruskan lisân dan membenarkan bacaannya.

Tafsîr Al-Qur`ân beserta ilmu-ilmunya, yang dipilihkan dari buku-buku tafsîr salafîyah yang lurus, seperti Tafsîr Ibnu Jarîr, Ibnu Katsîr dan selainnya.

Ilmu ‘Aqîdah dalam semua babnya, beserta tahqîq (penelitian) terhadap segala hal yang menafikan tauĥîd dan mengoyak kesempurnaan I’tiqâd. Buku-buku ‘aqîdah yang mu’tabar di dalam masalah ‘aqîdah adalah “Kitâbut Tauĥîd” karya Ibnu Khuzaimah, “Kitâbut Tauĥîd” karya Ibnu Mandah, “Kitâbus Sunnah” karya ‘Abdullâh bin A­ĥmad, “Kitâbus Sunnah” karya al-Khollâl, “Ushulul I’tiqâd” karya al-Lâlikâ`î, “al-Ibânah” karya Ibnu Baththoh al-Ukbarî, karya-karya tulis Imâm Ibnu Taimîyah, Ibnu Qoyîm al-Jauzîyah dan buku-buku lainnya di dalam bidang ini, sebagai tambahan pula kitab-kitab tauhid yang termaktub di dalam kitab ash-Shiĥâh dan as-Sunan pada kitab-kitab ĥadîts. Termasuk pula buku-buku ‘aqîdah yang ada di hadapan kita di zaman ini, yaitu tulisan-tulisan dan fatâwâ di dalam masalah ‘aqidah oleh asy-Syaikh al-Imâm al-Mujaddid Muĥammad bin ‘Abdil Wahhâb, termasuk buku-buku karya putera-putera, keturunan dan murid-murid beliau dari kalangan ulama Najd ar-Robbâniyîn serta selain mereka, terutama yang patut disebut adalah penulis buku “Ma’ârijul Qabūl” dan “A’lâmus Sunnah al-Mansyūrah fî I’tiqâd ath-Thô`ifah al-Manshūrah”, seorang Allâmah di zamannya, Ĥâfizh bin Aĥmad bin ‘Alî al-Ĥakamî, asy-Syaikh yang mulia ‘Abdūl ‘Azîz bin Baz al-Atsarî, asy-Syaikh yang mulia Muĥammad Nâshiruddîn al-Albânî, asy-Syaikh yang mulia Muĥammad bin Shâliĥ al-‘Utsaimîn, asy-Syaikh yang terhormat Ĥammūd at-Tuwaijirî, asy-Syaikh yang terhormat Muĥammad Amân ‘Alî al-Jâmî –semoga Allôh merahmati mereka semua-. Juga asy-Syaikh yang terhormat Shâliĥ bin Fauzân bin ‘Abdillâh al-Fauzân, asy-Syaikh yang terhormat ‘Abdūl ‘Azîz al-Muĥammad as-Salmân, asy-Syaikh yang terhormat Rabî’ bin Ĥâdî al-Madkholî, asy-Syaikh yang terhormat Shâliĥ bin Sa’d as-Su­ĥaimî, asy-Syaikh yang terhormat ‘Alî bin Nâshir al-Faqîhî, asy-Syaikh yang terhormat ‘Ubaid al-Jâbirî, asy-Syaikh yang terhormat Mu­ĥammad bin Ĥadî al-Madkholî, asy-Syaikh yang terhormat Mu­ĥammad bin Robî’ al-Madkholî, asy-Syaikh Aĥmad Yahyâ an-Najmî, asy-Syaikh Shâliĥ bin ‘Abdil ‘Azîz Ậlusy Syaikh dan selain mereka dari para ulama as-Salaf di zaman ini, semoga Allôh memperbanyak jumlah mereka dan menjadikan mereka dan ilmu mereka bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya. Mereka semua ini memiliki karya-karya tulis yang bermanfaat dan rekaman-rekaman ceramah yang membahas masalah ‘aqîdah as-Salafîyah.

‘Ilmu al-Ĥadîts, yang dipetik darinya dan dari al-Qur`ân, fikih yang terperinci bagi rukun-rukun Islâm, Ỉmân, Iĥsân dan keterangan ĥalâl dan ĥarâm, dan perincian seluruh ĥukum yang Allôh bebankan kepada manusia.

‘Ilmu Farô`idh yang mana begitu butuhnya umat ini terhadap ilmu ini yang apabila mereka memahaminya, niscaya akan terpenuhilah hak-hak kepada para pemiliknya.

‘Ilmu as-Sîrah an-Nabawîyah dan segala pelajaran yang terkandung di dalamnya. Inilah bidang-bidang ilmu syar’iyah mulai dari yang terpenting hingga yang ke penting, dan kesemuanya ini harus dipelajari menurut tingkatan dan kebutuhannya.

↔ 8. Bersikap ar-Rifq (ramah), ĥilm (lembut) dan ‘anât (tenang) kepada makhluk pada batasan syar’i. Kesemua sifat yang baik ini merupakan sifat yang harus dimiliki du’at yang berdakwah ke jalan Allôh. Banyak sekali ayat-ayat yang terang dan tegas dan ĥ­adîts-ĥadîts yang shaĥîĥ yang mendorong untuk bersifat dengan sifat-sifat yang mulia ini. Diantaranya adalah firman Allôh :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’râf : 199)

Dan firman-Nya :

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat : 34-35)

Sabda Nabî kepada Asyaj ’Abdul Qays :

إِنَّ فِيْكَ خُصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ, الحِلْمُ وَالأَنَةُ

”Sesungguhnya engkau memiliki dua perangai yang dicintai Allôh, yaitu kelemahlembutan dan ketenangan.” [HR. Muslim]
Dan sabda beliau Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam :

إِنّ اللهَ رَفِيْقُ يُحِبُّ الرِفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ

“Sesungguhnya Allôh itu Maha Lembut, dan mencintai kelemahlembutan pada segala hal.” [HR Muslim].

Sunguh indah apa yang dikatakan oleh seorang penyair :

أحب مكارم الأخلاق جهدي وأكره أن أعيب وأن أعاب
وأصفح عن سباب الناس حلما وشر الناس من يهوي السبابا
و من هاب الرجال تهيبوه ومن حقر الرجال فلن يهاب

“Aku menyukai akhlaq yang mulia maka kutekuni dan kubenci mencela dan dicela orang lain Aku berpaling dari cercaan manusia dengan kelemahlembutan dan seburuk-buruk manusia itu adalah orang yang gemar mencerca
Barangsiapa yang memuliakan orang lain maka ia akan dimuliakan, dan barangsiapa yang merendahkan orang lain ia takkan dihormati.”

Berangkat dari nash-nash dan hikmah inilah, salafîyun menganggap sifat-sifat yang mulia ini yaitu ar-Rifq, al-Ĥilm dan al-Anât- sebagai penopang dakwah mereka dan mereka pun berperangai dengannya. Oleh karena itulah Allôh menentukan kesukesan bagi dakwah mereka di setiap zaman dan tempat.

ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

”Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS al-Ĥadîd : 21)

↔ 9. Pemahaman yang benar dan penerapan yang syar’i terhadap hukum al-Walâ` wal Barô` bagi Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah, yang berangkat dari sabda Nabî Shallâllâhu ’alaihi wa Sallam :
أَوْثَق عُرَى الإِيْمَان الحُبٌّ فِي اللهِ والبُغْضُ فِي اللهِ

”Tali iman yang terkuat adalah mencinta karena Allôh dan membenci karena Allôh” [HR A­ĥmad].

Di dalam lafazh lain dikatakan :

أَوْثَق عُرَى الإِيْمَان المُوَلاَة فِي اللهِ وَالمُعَادَة فِي اللهِ الحُبٌّ فِي اللهِ والبُغْضُ فِي اللهِ

”Tali iman yang terkuat adalah berloyal dan berlepas diri karena Allôh serta mencinta dan membenci karena Allôh” [HR as-Suyūthî dalam al-Jâmi’ ash-Shaghîr dan diĥasankan oleh al-Albânî].

Yang semakna dengan kedua ĥ­adîts di atas, adalah ucapan Ibnu ’Abbâs radhiyallâhu ’anhu, seorang sahabat yang bergelar Turjumânul Qur`ân (penterjemah al-Qur`ân) :

”Barangsiapa yang mencinta, membenci dan berwala’ karena Allôh, maka ia akan mendapatkan wilâyah (kecintaan) dari Allôh yang tidak akan diperoleh oleh seorang hamba rasa iman ini walaupun ia banyak melakukan sholat dan puasa, sampai ia melakukan kesemua hal ini.” [Lihat Jâmi’ al-’Ulūm wal Ĥikam karya Ibnu Rojab al-Hanbalî hal. 30].
 
 

📙 Sebuah Penutup

Demikianlah kurang lebih apa yang dapat disarikan dari ulasan Fadhîlatusy Syaikh Zaid al-Madkholî hafizhullâhu. Semoga apa yang beliau sampaikan bisa menjadi bahan bercermin bagi kita semua. Semoga Allôh memberikan taufiq-Nya kepada kita semua, agar dapat menjadi seorang salafî sejati…


____________

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Cinta Saidina Ali dan Siti Fatimah Az-Zahrah • Nasehat Islam

Kisah Cinta Saidina Ali dan Siti Fatimah Az-Zahrah. Dipendamkan di dalam hatinya, yang tidak diceritakan kepada sesiapa tentang perasaan hatinya. Tertarik dirinya seorang gadis, yang punya peribadi tinggi, paras yang cantik, kecekalan yang kuat, apatah lagi ibadahnya, hasil didikan ayahnya yang dicintai oleh umat manusia, yakni Rasulullah S.A.W. Itulah Fatimah Az-Zahrah, puteri kesayangan Nabi Muhammad, serikandi berperibadi mulia. Dia sedar, dirinya tidak punya apa-apa, untuk meminang puteri Rasulullah. Hanya usaha dengan bekerja supaya dapat merealisasikan cintanya. Itulah Ali, sepupu baginda sendiri. Sehingga beliau tersentap, mendengar perkhabaran bahawa sahabat mulia nabi, Abu Bakar As-Siddiq, melamar Fatimah. ”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji kerana merasa apalah dia dibanding Abu Bakar. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin dia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan ...

Nasehat Haedar Nashir Agar Umat Islam Bersatu • Umat Muhammadiyah

Nasehat Haedar Nashir Agar Umat Islam Bersatu • Umat Muhammadiyah Di negeri ini perbedaan paham dan kepentingan sesama umat Islam jika tidak dibarengi jiwa toleransi tinggi berpotensi memperlemah kekuatan Islam. Saling tuding ekstrim dan radikal dapat menjadi pemicu. Baik dalam tatanan umum lebih-lebih dalam perbedaan kepentingan politik, potensi centang perenang masih menjadi problem klasik umat Islam Indonesia. . . #muhammadiyah #lensamu #takwa #iman #istiqomah #berkah #allahuakbar #alhamdulilah #islam #nasehat #muhasabah #islam #pencerahan #gerakanpembaruan #muhammadiyahgerakanku #ayatsuci #kekuatanalquran #teladan #petuahhidup #petunjukAllah #nasehat #berkemajuan #akhlakulkarimah #taat #hadist #kebaikanislam #muhasabah #ayojadibaik #hijrah

Kisah Nabi Yunus ‘Alaihissalam

Kisah Nabi Yunus ‘Alaihissalam Di daerah Mosul, Irak, terdapat sebuah kampung bernama Ninawa yang penduduknya berpaling dari jalan Allah yang lurus dan malah menyembah patung dan berhala. Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin memberikan petunjuk kepada mereka dan mengembalikan mereka ke jalan yang lurus, maka Dia mengutus Nabi Yunus ‘alaihissalam untuk mengajak mereka beriman dan meninggalkan sesembahan selain Allah ‘Azza wa Jalla. Akan tetapi mereka menolak beriman kepada Allah dan tetap memilih menyembah patung dan berhala. Mereka lebih memilih kekafiran dan kesesatan daripada keimanan dan petunjuk, mereka mendustakan Nabi Yunus ‘alaihissalam, mengolok-olok dan menghinanya. Maka Nabi Yunus pun marah kepada kaumnya dan tidak berharap lagi terhadap keimanan mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mewahyukan kepada Yunus untuk memberitahukan kaumnya, bahwa Allah akan mengadzab mereka karena sikap mereka itu setelah berlalu tiga hari. Lalu Nabi Yunus menyampaikan perihal adzab itu kepada kaumnya...

Kisah Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam

Kisah Nabi Syu’aib ‘Alaihissalam Nabi Syu’aib ‘alaihissalam tinggal di kota Madyan yang letaknya di Yordania sekarang. Ketika itu, masyarakatnya kafir kepada Allah dan melakukan berbagai kemaksiatan, seperti membajak dan merampas harta manusia yang melintasi mereka. Mereka juga menyembah pohon lebat yang disebut Aikah. Mereka bermuamalah buruk dengan manusia, menipu dalam melakukan jual beli dan mengurangi takaran dan timbangan. Maka Allah mengutus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka bernama Nabi Syu’aib ‘alaihissalam. Beliau mengajak mereka beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik, melarang mereka mengurangi takaran dan timbangan serta melarang melakukan pembajakan, dan melarang berbuat buruk lainnya. Nabi Syu’ab ‘alaihissalam berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan yang berhak disembah bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganl...

Bersungguh-sungguh Dalam Agama

Bersungguh-sungguh Dalam Agama Kita banyak menemui orang yang berpura-pura salih, baik yang sadar ataupun tidak sadar. Tapi hampir tidak ada Muslim yang berpura-pura fasik, setidaknya scara sengaja Karena dalam Islam kita tidak boleh berpura-pura beriman, iman itu 100% dan tidak bisa dibuat-buat. Walau kita punya maksud tertentu, keimanan tetap harus dipegang Yang tidak beragama, atau yang agamanya tidak memiliki aturan yang lengkap, akan menghalalkan segala caranya mencapai tujuan, pokoknya asal tujuannya tercapai Berpura-pura menjadi Muslim itu sudah biasa dilakukan oleh orang-orang, tapi tidak ada Muslim berilmu yang berpura-pura menjadi orang yang kafir, sebab tak boleh Lebih daripada itu, yang mendapatkan hidayah Islam dengan benar, maka dia akan membanggakan Islam melebihi segala, hingga tak ada yang lebih layak dari Islam Kadang, orang yang beriman memang diuji, sebab mereka tak boleh balas membohongi ketika dibohongi, tetap rendah hati walau orang lain tinggi hati dan sombong S...

Doa Sebelum Makan Yang Sahih

Dari ‘Umar bin Abi Salamah, ia berkata, “Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . « يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ » . فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ . “Wahai Ghulam, bacalah “bismillah”, makanlah den...

Jangan Sampai Melalaikan Peringatan Dan Kewajiban • Umat Muhammadiyah

Jangan Sampai Melalaikan Peringatan Dan Kewajiban • Umat Muhammadiyah Selain tidak boleh melalaikan kewajiban, kita juga tidak boleh melalaikan peringatan. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang lalai. . . #muhammadiyah #lensamu #takwa #iman #istiqomah #berkah #allahuakbar #alhamdulilah #islam #nasehat #muhasabah #islam #pencerahan #gerakanpembaruan #muhammadiyahgerakanku #ayatsuci #kekuatanalquran #teladan #petuahhidup #petunjukAllah #nasehat #berkemajuan #akhlakulkarimah #taat #hadist #kebaikanislam #muhasabah #ayojadibaik #hijrah

Tidur Berbaring Setelah Witir

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Mis'ar dan Sufyan dari Sa'd bin Ibrahim dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman dari 'Aisyah ia berkata, "Aku tidak pernah mendapati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di akhir malam kecuali dalam keadaan tidur. " Waki' berkata, "Yakni setelah shalat witir. " - HR. Ibnu Majah

Pertanggungjawaban Organ Tubuh Dihari Kiamat

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah memberitakan kepada kami Sufyan dari Yahya bin Abdullah dari Salim bin Abu Al Ja'd ia berkata; Seorang laki-laki datang kepada Ibnu Abbas lalu menyebutkan sebuah hadits, lalu ia berkata; Sungguh aku telah mendengar Nabi kalian shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari kiamat akan datang orang terbunuh dengan membawa kepalanya." Entah beliau bersabda: "Dengan tangan kiri atau kanannya, urat-urat lehernya tertarik di hadapan 'Arsy Ar Rahman Tabaraka wa Ta'ala, ia berkata; Wahai Rabbku, tanyakan kepada orang ini mengapa ia membunuhku?" HR. Ahmad

Doa Memohon kemudahan

Doa Memohon kemudahan. . Pada kesempatan pagi penuh barokah ini, kami ingin berbagi dengan follower sekalian sebuah do’a yang bermanfaat. Do’a ini adalah do’a yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berisi permohonan berbagai kemudahan dalam segala urusan. Semoga bermanfaat. . Dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَ...